Skip to content

Bagaimana Kalau Kamu Tidak Seberuntung Mereka

Jadi, hari ini tuh saya ulang tahun, ulang tahun yang ke-30. Rasanya, ulang tahun kali ini beda banget dibandingkan dengan ulang tahun-ulang sebelumnya. Ada sesuatu yang unik ketika menginjak usia 30, membuat saya merenung tentang banyak hal.

Dulu, saat masih remaja, ulang tahun itu momen yang super seru. Dapat kado, berkumpul bareng teman-teman, atau bahkan mendapatkan kejutan dari pacar, semuanya terasa begitu menyenangkan.

Tapi, di usia 30 ini, saya malah merasa banyak penyesalan. Penyesalan karena telah melewati banyak peluang dan waktu, yang paling menggangu itu karena merasa belum sukses. Rasanya, "Wah, ini sudah 30 tahun hidup di dunia, tapi kok ya masih belum merasa sukses?" Itu yang paling mengganggu saya.

Nah, hari ini, saya pikir, mungkin lebih baik kita ngomongin hal lain deh. Soalnya, saya sadar banget bahwa setiap orang itu punya titik start yang berbeda. Jadi, rasanya nggak fair kalau kita terus membandingkan diri kita dengan orang lain.

Start yang berbeda

Jujur, pas udah masuk usia 30-an, saya jadi sadar rasanya nggak adil banget kalo kita bandingin kesuksesan kita sama orang lain. Kita beda-beda latar belakangnya, loh.

Ada yang dari keluarga susah, susah banget malah. Ada juga yang dari keluarga yang enak, akses pendidikanya mudah, askes keuanganya juga mudah linkunganya baik.

Jadi pergaulannya beda, ilmunya beda, ya udah pencapaian hidupnya juga pasti beda. Gak bisa dipukul rata gitu, apalagi kalo jaraknya jauh banget. Kalo kita terus banding-bandingin diri sama orang lain, akhirnya malah bikin hati sakit sendiri.

Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda untuk merasakan kegagalan. Banyak orang bilang bahwa penting untuk memulai usaha, jangan takut gagal, nanti kalau gagal coba lagi, anggap saja itu belajar. Namun, bagi beberapa orang, situasinya berbeda.

Bagi mereka yang kurang mampu, gagal bisa menjadi hambatan yang sulit untuk dilewati. Bayangkan jika "orang miskin" misalnya memulai usaha dengan modal pinjaman atau menjual aset, kemudian gagal. Bagaimana mereka bisa bangkit? Bagaimana mereka bisa memulai lagi?

Ketika gagal, bagi sebagian orang, sulit untuk bangkit kembali. Mereka mungkin harus menanggung kesulitan yang sangat besar, bahkan kehilangan tempat tinggal. Oleh karena itu, bagi mereka yang kurang mampu, penting untuk berhati-hati dan mempelajari dengan baik sebelum memulai sesuatu. Meskipun kegagalan adalah bagian dari proses, namun harus ada langkah-langkah yang terukur untuk menghadapinya.

Ok, terus kalau mau sukses gimana caranya?

Tentu, kita akan membahas bagaimana kita bisa mencapai kesuksesan meskipun berasal dari situasi yang kurang menguntungkan, misalnya lahir dalam keluarga yang miskin. Penting untuk diingat bahwa kondisi kelahiran ini bukanlah kesalahan siapa pun, bukan kesalahan kita atau orang tua kita. Karena itu bukan sesuatu yang bisa kita kendalikan.

Meskipun begitu, kita tetap memiliki kesempatan untuk bersaing dengan mereka yang berasal dari keluarga yang lebih berada. Namun, tujuan hidup kita seharusnya bukan hanya untuk mengalahkan orang lain. Ini akan terasa sia-sia. Yang penting adalah kita memiliki batasan-batasan yang ingin kita capai dalam hidup.

Misalnya, kita mungkin ingin tinggal di lingkungan yang nyaman agar bisa memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga kita. Atau mungkin kita ingin memiliki kendaraan yang layak agar lebih mudah untuk bertemu dengan keluarga kita. Ini adalah hal-hal dasar yang diimpikan oleh banyak orang.

Jadi, bagaimana kita bisa mencapai tujuan-tujuan tersebut meskipun berasal dari keluarga yang kurang mampu?

1. Ilmu

Pertama-tama, pendidikan adalah kunci.

Saya selalu percaya dengan ilmu kamu bisa naik derajatnya.

Kita perlu memiliki pendidikan yang baik atau setidaknya memiliki pengetahuan yang cukup untuk bersaing. Ini tidak selalu berarti harus memiliki gelar tinggi dari perguruan tinggi S1, S2, S3 dan sebagainya. Ada banyak sumber belajar yang bisa diakses, terutama dengan adanya internet. Membaca adalah kunci, dan sekarang kita memiliki akses yang luas terhadap bahan bacaan.

2. Zona nyaman

Kedua, kita perlu berani untuk melangkah keluar dari zona nyaman. Banyak orang sukses yang lahir dari keluarga miskin karena mereka berani merantau atau mencari pengalaman baru di tempat lain. Atau, setidaknya, mereka berani berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki pemikiran yang lebih maju. Hal ini dapat memperluas wawasan dan membuka peluang baru bagi kita.

3. Mengelola Penghasilan

Yang ketiga, kita harus bisa menahan hawa nafsu. Kalau kita sudah belajar dengan baik, kemudian kita mencari peluang dan berani untuk keluar dari zona nyaman, saya bisa pastikan kamu akan mendapatkan pekerjaan pertamamu atau bisnis pertamamu. Penghasilan pertamamu, intinya.

Nah, dari sini kita akan diuji. Dari penghasilan-penghasilan ini, tentu penghasilan pertama kita nggak bakal besar gitu. Tapi kalau kita baru pertama dapat penghasilan, terus udah mikir, "Wah, teman-teman, orang-orang pada punya iPhone baru nih gitu. Saya juga mau beli iPhone lah gitu."

Lalu, penghasilanmu itu kamu tabung. Lalu, kamu belikan iPhone gitu. Dan beli iPhone itu, ya, cuma untuk gaya-gayaan aja, karena orang lain juga punya iPhone, dan kamu ingin dianggap sukses. Orang sukses pakai iPhone. Terus kamu beli iPhone untuk dianggap terlihat sukses, biar terlihat sukses gitu ya. Itu bodoh sekali.

Karena kalau kita sadar, bahwasanya kita dalam kondisi kurang mampu, dan kita sudah mulai mendapatkan penghasilan, kita harus mengeluarkan uang kita dengan apa ya, dengan cerdas gitu. Kita harus pandai-pandai mengelola keuangan kita.

Kita harus memastikan bahwa uang yang kita keluarkan itu efektif atau produktif gitu. Jadi, misalnya, kalau kamu punya penghasilan, terus kamu beli iPhone, nah, iPhone-nya ini setidaknya harus kamu manfaatkan untuk bisa mendapatkan penghasilan lagi. Katakanlah kamu gunakan iPhone-nya untuk jadi fotografer, untuk foto-foto, atau bikin video, jadi konten kreator, misalnya. Atau digunakan untuk menulis, atau digunakan untuk menjadi pengembang aplikasi iPhone gitu. Jadi produktif gitu, meskipun kamu keluar uang untuk membeli sesuatu. Sesuatu itu bahkan menghasilkan uang kembali gitu.

Tentu tidak semua pengeluaran harus seperti itu ya. Kayak misalnya beli baju gitu ya, baju mana bisa menghasilkan uang buat kita, tapi untuk pengeluaran yang mahal, nah itu harus produktif gitu, intinya.