Skip to content

Kenapa Saya Pakai Laravel?

Minggu ini saya baru saja merilis sebuah package laravel-anthropic di forum reddit. Rilis package ini memancing sedikit perdebatan tentang penggunaan nama package ini.

Kalian bisa lihat diskusinya disini.

Atau kalau kamu kena block reddit bisa lihat screenshot ini.

laravel-anthropic-reddit-discussion

Intinya hasil diskusinya ada yang menyarankan jangan pakai kata laravel di package, tapi ada yang bilang juga boleh.

Tapi tujuan artikel ini tidak membahas Laravel Trademark. Dari diskusi itu saya jadi kepikiran alasan saya memilih laravel.

Awal Mula dengan Laravel

Tahun 2016 saya mulai pakai Laravel. Waktu itu saya kerja di startup sebagai developer Android. Eh, tau-tau disuruh ngurusin backend juga. Mau nggak mau, harus belajar deh! Kenapa pilih Laravel? Simpel aja, saya punya banyak temen yang udah jago. Jadi kalau stuck, ada teman yang bisa saya tanya - tanya!

Bekerja di Amerika

Setelah itu, karir saya makin berkembang. Dari Android developer, loncat ke perusahaan Amerika jadi Backend Dev yang pake Laravel. Tapi nggak lama, saya beralih ke TypeScript buat bikin microservices. Karena saya mulai dari posisi junior mau tidak mau ngikut sama senior saja.

Nah, selama beberapa tahun berikutnya, saya main-main sama berbagai bahasa pemrograman. JavaScript jadi andalan selama 3 tahun. Terus nyobain Golang, React.js, bahkan saya juga menulis artikel tentang Rust. Pokoknya, apa yang lagi ngetren, saya coba deh!

Balik Kandang ke Laravel

Dua tahun terakhir ini, saya balik lagi ke Laravel. Kok bisa? Jadi gini, fokus saya udah berubah. Sekarang saya lebih tertarik sama pengembangan produk daripada teknologi itu sendiri.

Sebelum mutusin balik ke Laravel, saya evaluasi dulu beberapa pilihan. Dari Django, Remix JS, Next JS, sampai Ruby on Rails. Tapi akhirnya, Laravel yang menang! Ternyata Laravel sudah banyak berubah dan makin keren aja.

Kenapa Laravel? Ini Dia Alasannya!

  1. Ekosistemnya cukup besar dan matang. Jadi, apapun yang saya butuhin, pasti ada. Atau kalau mau bikin package sendiri juga gampang banyak tutorialnya.
  2. Gampang banget untuk bikin prototype. Banyak template dan package yang mempercepat saya menambahkan fitur baru!
  3. Tidak dogmatis. Bisa pake React, Vue.js, atau Livewire. Terserah mana yang paling cocok!
  4. Komunitas yang kalem. Taylor Otwell, si empunya Laravel, mengurus komunitas dengan baik, dia memberikan ruang untuk berbagaimacam audience.

Kelebihan Laravel

Laravel fleksibel banget. Mau server-side rendering? Bisa. Single Page Application? Juga oke. Mau pake PHP doang? Silakan!

Terus, deploymentnya gampang banget. Ada Laravel Forge, Envoyer, bahkan Laravel Herd yang bikin hidup kita sebagai developer jadi lebih mudah. Meskipun kamu harus bayar, tapi memang begitu hanya ada dua pilihan spend time or spend money.

Gimana dengan Performa?

Nah, ini nih yang sering ditanyain. "Laravel kan lemot?" Eits, jangan salah! Dari pengalaman saya optimasi berbagai bahasa, sebenernya masalah performa itu lebih ke gimana kita optimasi database dan infrastrukturnya.

Sekarang laravel juga support package seperti  FrankenPHPOpen SwooleSwoole, dan RoadRunner. Package ini bakal improve peforma aplikasimu.

Yang penting tuh, bisnisnya jalan dulu. Produknya laku. Soal optimasi? Itu bisa diurus belakangan. Karena kalau kita mulai bisnis tapi takut dengan performa aplikasi maka kamu akan kehabisan waktu untuk mengerjakan hal yang tidak penting di awal.

Kerja pakai Laravel gajinya kecil?

Nah, ini nih mitos yang sering saya denger. "Kerja pake Laravel gajinya kecil."

Dari pengalaman saya, gaji tuh nggak ditentuin sama teknologi yang kita pakai, tapi sama nilai yang bisa kita kasih ke perusahaan.

Emang sih, banyak lowongan entry-level buat Laravel yang gajinya nggak gede-gede amat. Tapi itu bukan gara-gara Laravel-nya, itu karena emang posisinya buat yang baru mulai.

Saya udah buktiin sendiri nih, dengan jago Laravel, kita bisa dapet gaji yang oke punya. Bahkan, saya pernah kerja di perusahaan Amerika pake Laravel dengan gaji yang bikin puas!

Kuncinya tuh, jangan berhenti belajar. Bukan cuma Laravel doang, tapi juga ngerti bisnis, arsitektur sistem, sama best practices dalam ngoding. Kombinasi ini bakal bikin kamu jadi developer Laravel yang berharga, dan pastinya, dengan gaji yang sepadan.

Jadi, jangan takut deh fokus sama Laravel. Yang penting tuh gimana kamu pake Laravel buat ngasih solusi yang mantep buat bisnis. Itu yang bakal nentuin nilai kamu sebagai developer, bukan teknologi yang kamu pake.

Kesimpulan

Jadi, kenapa saya balik ke Laravel?

Simple aja: saya mau fokus bikin bisnis yang jalan. Laravel memungkinkan saya buat bikin produk cepet, dan itu yang penting.

Inget ya, teknologi itu cuma alat. Yang penting produk kita bisa solve masalah orang dan menghasilkan cuan. Itu yang utama!